Jejak Pahlawan Kampung Arab Empang Bogor

netgram.in

Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77, Komunitas Napak Tilas Peninggalan Budaya “Napak Tilas” bersama sahabat “Ngapraker” pada hari Minggu, 14 Agustus 2022 berkumpul di alun-alun Padjajaran di Kawasan Empang Bogor untuk melihat jejak-jejak Pahlawan di Kampung Arab Empang Bogor.

Komunitas Napak Tilas & Ngapraker (Photo: Dadan P Rachman)

Dalam momen napak tilas Jejak Pahlawan Kampung Arab ini para “Ngapraker” akan meninjau sejarah alun-alun Empang, Salim Balweel (Kapten Arab), Masjid Habib Keramat, Gang Intan, Gang Banjar (Tempat Pengasingan Pahlawan Banjar), Rumah Keluarga Hasanah, Pakojan dan terakhir meninjau Kopi Bah Sipit.

Kampung Empang

Menurut sejarawan Saleh Danasasmita, alun-alun Empang telah ada sejak kerajaan Sunda Pajajaran yang merupakan alun-alun di luar gerbang menuju Keraton. Di alun-alun luar inilah sempat terjadi peperangan antara bala tentara kerajaan Banten dan Pajajaran.

Ngapraker Napak Tilas (Photo: Dadan P Rachman)

Setelah lebih dari 1.5 abad tak berpenghuni, kawasan ini mulai ditempati lagi setelah Bupati Kampung Baru, yaitu Demang Wiranata pada tahun 1754 mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal Jacob Mossel untuk bisa menyewa lahan di sebelah timur Cisadane dan dekat dengan muara sungai Cipakancilan yang kemudian diberinama Kampung Sukahati.

Ketua Komunitas Napak Tilas Hendra M Astari (Photo: Dadan P Rachman)

Dari sebuah dokumen bertanggal 29 Desember 1761, disebutkan bahwa Bupati Kampung Baru yaitu Demang Natanagara sudah berkedudukan di Kampung Sukahati.

Mendengarkan Ulasan Jejak Pahlawan di Kampung Arab (Photo: Dadan P Rachman)

Selain membangun pendopo atau rumah dinas, Bupati Kampung Baru juga membangun sebuah alun-alun. Tidak jauh dari alun-alun, dibuatlah kolam besar yang oleh masyarakat disebut empang. Rupanya keberadaan empang ini menjadikan nama Sukahati terdesak dan lambat laun tergantikan menjadi Kampung Empang.

Mesjid Agung Empang

Masjid Agung Empang baru didirikan pada tahun 1817 oleh R.H.Muhammad Thohir yang dikenal sebagai Uyut Kampung Baru. Masjid ini telah beberapa kali mengalami perbaikan dan perluasan.

Masjid Agung Empang sekarang Masjid At-Thohiriyah (photo: Pieter)

Pada masa revolusi fisik, masjid di kawasan Empang ini menjadi markas untuk mobilisasi laskar Hisbullah. Begitu pula ketika banyak pejuang yang gugur untuk mempertahankan kemerdekaan, jasad pejuang itu dikafani, di sholatkan dan diberangkatkan ke pemakaman Dereded dari Masjid Agung Empang ini.

Sebagai Masjid Utama yang berada paling dekat Istana Negara, pada tahun 1950-60an Bung Karno kerap sholat Jum’at dimasjid ini. Begitu pula dengan tamu-tamu negara yang beragama Islam, mereka menunaikan sholat Jum’at di Masjid yang kini bernama Masjid At-Thohiriyah.

Salah satu peninggalan yang sampai dengan hari ini dapat dilihat jejaknya adalah jam jonghans yang berdiri tegak di muka mimbar yang merupakan peninggalan dan wakaf dari Dr.Marzoeki Mahdi, Dokter Pejuang Ahli Penyakit Jiwa lulusan sekolah kedokteran Boedi Oetomo dan Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang menjadi jamaah tetap di Masjid ini.

Kapten Arab Masa Kolonial

Dalam napak tilas ini para Ngapraker menuju jalan S. Baluwel (Balweel) yaitu nama jalan yang diambil dari nama seorang Kapten Arab ke-empat (1929-1937), yaitu Syekh Salim bin Awab Balweel.

Jalan S. Baluwel (Photo: Dadan P Rachman)

Salim Balweel merupakan kelahiran Hadramaut Yaman Selatan. Beliau berasal dari keluarga saudagar kaya, sehingga ketika sampai di Hindia Belanda (Batavia dan Buitenzorg/Bogor) dalam waktu singkat dia telah menjadi saudagar yang dihormati. Di Kawasan Empang lahannya terbentang luas dari RS.Ummi sekarang sampai ke Gang Kurupuk.

Salim Balweel juga dikenal cakap dalam berorganisasi. Dia tercatat sebagai salah satu pengurus organisasi Islam pertama di Hindia Belanda Jamiatul Khair sejak organisasi tersebut mendapat pengesahan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Salim Balweel juga tercatat sebagai Ketua Umum organisasi Al Irsyad Al Islamiyah pada periode pertama 1914-1920. Di lahannya di Kawasan Empang, Salim Balweel sempat mendirikan madrasah Jamiatul Khair yang oleh masyarakat Empang kemudian dikenal sebagai madrasah Mualim Ading.

Masjid Habib Keramat

Berjalan sedikit dari jalan S. Baluwel, napak tilas dilanjutkan menuju Masjid Habib Keramat yang berada di jalan Lolongok No.6 Rt.02 Rw.12. Empang Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor 16132

Masjid Habib Keramat (Photo: Pieter)

Masjid Habib Keramat sebenarnya adalah Masjid An Nur Tauhid yang dibangun oleh komunitas arab yang ada di Kawasan Empang pada tahun 1815. Dikarenakan di area samping masjid terdapat pemakaman keramat menjadikan Masjid An Nur Tauhid lebih dikenal dengan Masjid Habib Keramat.

Gang Intan

Melanjutkan Napak Tilasnya dari Masjid Habib Keramat, para Ngapraker lanjut ke Gang Intan, yaitu gang yang dikaitkan dengan Ratu Nyai Salamah, yaitu ibunda Ratu Zaleha yang keduanya mengalami pengasingan oleh Belanda dari tempat asalnya, yaitu Kesultanan Banjar.

Gang Intan (photo: netgram.in)

Nyai Salamah yang pada masa mudanya mengetahui penjarahan harta Sultan Banjar yang dilakukan oleh penjajah Belanda. Salah satu benda yang dijarah itu adalah sebongkah intan yang bernilai ratusan karat. Rupanya peristiwa itu begitu membekas di benak Ratu Nyai Salamah.

Dalam masa pembuangannya di Buitenzorg, Nyai Salamah sudah berusia lanjut. Rambutnya yang sudah memutih menjadikannya dikenal dengan sebutan Ni Putih. Karena penyakit tua atau Pikun, Nyai Salamah sering kali mencari intan yang dibawa oleh Belanda dulu. Dia melalui pintu belakang Puri Banjar yang terletak di Gang Banjar sekarang, Nyai Salamh berjalan kaki mencari intan tersebut melalui jalan setapak sampai ke Gang Intan sekarang.

Gang Banjar

Gang Banjar ini berkaitan dengan Gusti Muhammad Arsyad yang tertangkap Belanda dan diasingkan ke Empang pada tanggal 1 Agustus 1904. Gusti Muhammad Arsyad ini merupakan cucu dari pahlawan nasional Pangeran Antasari. Tempat pengasingan dari Gusti Muhammad Arsyad di Kawasan Empang ini dinamankan Gang Banjar. Dua tahun kemudian istrinya, yaitu Ratu Zaleha juga tertangkap dan menyusul suaminya diasingkan di Buitenzorg.

Gang Banjar Empang Bogor (Photo: Yaya)

Ratu Zaleha sendiri juga cucu Pangeran Antasari dan anak dari Gusti Muhammad Seman (Mat Seman) yang meneruskan perjuangan ayahnya melawan penjajah Belanda. Mat Seman inilah yang dalam perjuangannya didampingi oleh tangan kanannya yang setia, seorang pejuang legendaris nan gigih yaitu Demang Lehman.

Walau gerak-geriknya dibatasi oleh Belanda, Gusti Muhammad Arsyad cukup aktif dalam bersosialisasi di Buitenzorg. Dia ikut membidani lahirnya Sjarekat Dagang Islamijah bersama Raden Tirto Adhi Soerjo dan beberapa saudagar Arab. Bersama Raden Tirto juga, Arsyad mendirikan usaha penerbitan pertama di Nusantara yang dimodali dan dikelola oleh para Bumi Putera yaitu penerbitan Prijaji. Nama ini sebelumnya sudah menjadi nama surat kabar mingguan yang terbit di Bandung.

Sekilas Napak Tilas Jejak Pahlawan Kampung Arab Empang Bogor

Rumah Tua Keluarga Hasanah

Dari Gang Banjar, Ngapraker lanjut mengunjungi sebuah rumah Tua bergaya Betawi Kolonial yang di bangun pada tanggal 1 Januari 1938.

Rumah Tua Perpaduan Betawi Kolonial (Photo: NetGram.in)

Kopi Bah Sipit

Di Kawasan Empang yang tidak boleh luput untuk dikunjungi adalah Kopi Bah Sipit, yaitu kopi yang merupakan kopi legendaris yang berada di Kawasan Empang Bogor, berdiri sejak 1925 milik peranakan Cina bermarga Yoe. Jadi tidak lengkap rasanya jika napak tilas di Kawasan Empang ini tidak mengunjungi Toko Kopi Bah Sipit yang legendaris ini.

Kopi BahSipit (Photo: Kusmayadi)

Kopi Bah Sipit diolah dari jenis Kopi Robusta pilihan dengan diberi cap Kacamata. Kopi cap kacamata ini menjadi lebih populer dengan sebutan Kopi Bah Sipit karena masyarakat sekitarnya lebih senang menyebutnya kopi Bah Sipit karena pendiri awal dari kopi tersebut adalah peranakan cina dengan ciri khas matanya yang sipit. 

(Sebagian isi Konten di ambil dari Brosur Komunitas Napaktilas Peninggalan Budaya yang berjudul: Jejak Pahlawan Kampung Arab).

Publisher: inobiz

About Author /

NetGram adalah Majalah Online yang Membahas Trend Bisnis dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia. Untuk Liputan & Pemasangan Iklan hubungi: 08984458211

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search